Tampilkan postingan dengan label Opinion. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opinion. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 November 2010

4th Opinion : Sikap dan Mental lebih penting dari pada Kecakepan ataupun Kekayaan

4th Opinion : Sikap dan Mental lebih penting dari pada Kecakepan ataupun Kekayaan
Siapa sih yang tidak mau memiliki pacar yang cantik bagi laki-laki atau ganteng bagi perempuan, terlebih lagi bagi orang-orang yang sudah siap memasuki jenjang pernikahan, tentunya sangat memperhatikan hal ini. Tidak hanya masalah kecakepan, masalah status finansial juga sering menjadi prioritas. Kedua hal ini lumrah menjadi pertimbangan, mengingat setiap orang menginginkan keturunan yang berkualitas dan kehidupan yang terjamin. Bahkan di negeri sebrang sana sex pra-nikah menjadi kreteria tambahan, untuk mengetahui tingkat kepuasan yang akan dicapai setelah nikah nanti.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin membicarakan studi kasus yang sangat tidak sesuai dengan apa yang penulis kemukakan di atas. Tidak lama ini penulis menghadiri resepsi pernikahan yang pengantin perempuannya cuantik banget sedangkan yang laki-lakinya jauh dari ganteng. Seru bukan topik kali ini?

Kalau boleh penulis ibaratkan, pengantin perempuan adalah kembang desanya kota kembang. Kalau pengantin perempuannya adalah kembang desa, maka sudah pasti banyak kumbang yang mendekatinya. Bisa dipastikan para kumbang yang melihat kembang desa ini, mulutnya akan dibanjiri oleh air liurnya sendiri. Penulis menyaksikan sendiri setidaknya ada 5 kumbang yang ingin mempersuntingnya, seekor kumbang diantaranya hampir menikahi sang kembang namun gagal ditengah jalan. Para kumbang yang cakep ataupun kaya sangat yakin dapat memiliki kembang desa tersebut. Namun Allah mengkhodar lain, kembang desa itu dinikahi oleh kumbang yang tidak cakep ataupun kaya.

Kalau penulis mengingat-ingat kembali, peristiwa pernikahan seperti ini sudah sering terjadi. Pertama kali terjadi di saat jaman Nabi Adam, dimana setiap anak yang dilahirkan selalu kembar. Cx adalah saudara kembar dari Cy dan Jx saudara kembar dari Jy, dmana x berarti laki-laki dan y berarti perempuan, sedangkan C berarti cakep dan J berarti jelek.

Pada saat itu, Nabi Adam dan Siti Hawa berserta anak mereka adalah manusia pertama kali, sehingga pernikahan dilakukan sesama anak Adam. Hanya saja Allah memberikan peraturan tidak boleh menikah dengan saudara kembarnya, jadi Cx mesti dengan Jy dan Jx mesti dengan Cy. Perselisihan pun terjadi, Cx yang ganteng tidak mau menikah dengan Jy yang jelek dan  dia hanya mau menikah dengan Cy saudara kembarnya yang cantik. Puncak dari perselisihan, Cx membunuh Jx. Peristiwa ini menjadi pristiwa pembunuhan pertama kali yang dilakukan oleh manusia.

Jadi teringat dengan film james bon 007, penjahatnya mengumpulkan sejumlah pasangan yang cantik dan ganteng atau berkualitas unggul. Penjahatnya beserta pasangan-pasangan tersebut pergi ke luar angkasa, lalu penjahat berniat membinasakan manusia yang ada di bumi, sehinga hanya manusia-manusia yang unggul saja yang tersisa. Untung ada super hero James Bon yang menggagalkan rencana tersebut.

Ternyata banyak pula pendapat yang beredar mengenai pernikahan laki-laki ganteng dengan perempuan jelek atau laki-laki jelek dengan perempuan cantik. Seorang teman KKN (Kuliah Kerja Nyata di tahun 2008) bernama buddy D.E.N berdongeng : Ada sebuah gunung yang memiliki petuah, siapa saja yang dapat naik ke puncak gunung tampa menginjak kotoran maka ia akan mendapat jodoh yang cakep. Banyak sekali yang mencobanya, salah satunya si X yang berhasil sampai puncak tampa menginjak kotoran. Petuahnya menjadi kenyataan, si X pun menikahi si Y yang cantik jelita, si X bercerita kepada si Y :
"sayang waktu muda dulu saya hiking kepuncak gunung bertuah tampa menginjak kotoran" cerita si X.
"ohh, gunung bertuah itu yach? sama dong, saya juga pernah hiking ke puncak gunung tersebut namun dalam perjalanan menginjak kotoran" respon si Y.

Kakak saya brother F berkomentar : peristiwa ini terjadi karena Allah ingin membuat keseimbangan hidup.
Mungkin benar apa yang dikatakan oleh kakak saya, tapi penulis tetap ingin mengetahui apa yang menyebabkan pristiwa ini. Dengan kata lain, factor-factor apa saja yang menyebabkan seseorang tidak jadi memilih pasangan yang cakep dan menerima orang yang biasa-biasa saja sebagai pasangannya?

Dalam pemilihan pasangan hidup, tentunya ada sejumlah kreteria; seperti tampang, status ekonomi, prilaku, sikap, kedewasaan dan lain-lain (sex pra-nikah tidak termasuk karena tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat Indonesia). Kalau boleh penulis berpendapat : Rasa suka berdasarkan kreteria cakep atau kaya hanya terbatas pada pandangan pertama saja, namun pada akhirnya sikap dan mental lah yang menjadi pertimbangan terakhir untuk penentuan kalayakan menjadi pasangan hidup.

Akhir-akhir ini penulis sering berburu artikel mengenai 1001 jurus menaklukan wanita (karena penulis sudah cukup umur untuk menikah). Dari kesemua artikel-artikel yang penulis baca, penulis tidak menemukan artikel yang menyarankan pembacanya pergi ke salon supaya lebih cakep ataupun menebalkan kantong. Melainkan lebih kepada perbaikan sikap dan mental.

Dulu ketika saya tingkat SMP, seorang teman saya yang tingkat SMA bernama buddy S.K. bercerita tentang gurunya : Di saat gurunya kuliah, dia sangat ingin nikah, lalu melamar seorang gadis. Kepada calon mertua dia menyatakan niatnya untuk menikahi putrinya dan berjanji bertanggung jawab setelah lulus kuliah. Melihat kesungguhan mahasiswa tersebut, calon mertuanya pun merestui. Bukan hanya menikahi prutrinya, mahasiswa itupun menumpang hidup dan makan semasa kuliah pada mertuanya.

Artikel 1001 jurus menaklukan wanita, menyadarkan penulis akan kesalahan-kesalahan penulis dalam hal berhubungan dengan wanita. Dulu ketika semester satu, penulis berkenalan dengan seorang mahasiswi yang kelihatannya suka sama penulis. Mahasiswi ini satu angkatan dengan penulis namun beda jurusan. Dia sangat senang ketika bisa bertamu ke kost penulis dan juga senang ketika penulis bertamu ke kostnya. Namun penulis melakukan kesalahan, dengan bersikap yang salah dan kurang kontrol emosi, sehingga kami saling menjauh.

Pengalaman yang lain, ada seorang perempuan yang sering tertangkap diam-diam memperhatikan penulis. Entah karena apa, sehingga penulis pun jadi suka padanya. Alangkah bodohnya saya ini sehingga melakukan kesalahan yang serupa. Akhirnya perempuan tersebut menjauhi penulis, segala upaya penulis lakukan supaya kembali normal, namun tidak membuahkan hasil. Kalau sudah ilfeel, mau minta maaf hingga nangis darah pun ga akan di tanggapi.

Setelah penulis melakukan perbaikan prilaku, sikap dan mental; penulis merasakan adanya perubahan penerimaan terhadap penulis. Dalam 2 tahun terakhir ini, penulis bisa dikatakan sering bertamu sendirian ke rumah sepasang suami istri yang sudah tua dan putrinya sudah dewasa. Si Ibu menawarkan saya untuk menikahi putrinya dan ternyata Bapaknya pun setuju, padahal saya jarang komunikasi dengan anaknya. Saya sangat senang ketika ditawari itu, berarti Bapak dan Ibu ini menilai saya sebagai orang yang baik-baik dan saya dianggap bisa bertanggung jawab. Ditanya seperti itu, saya hanya diam saja karena saya tidak bisa menjanji. Walaupun saya tidak memberikan jawaban, saya tetap sering bertamu kerumahnya karena ini bisa menjadi latihan saya menghadapi calon mertua nantinya.

Lalu apakah yang membuat sang kumbang bisa menikahi kembang desa? Anda bisa menjawabnya sendiri.

Created by Delta Arif On 9 am wednesday , November 03, 2010 - 2 am Thursday, November 04, 2010.
This article 100% is written by Delta Arif.
Do not copy without include Delta Arif as writter and www.deltadollar.com as the source of this article.

Saya minta maaf jika ada pihak-pihak yang tersinggung dengan artikel ini, tidak ada niatan penulis untuk menyinggung seseorang.
Artikel yang penulis tulis di atas kisah nyata semua dan orang-orang yang tercantum dalam artikel diberi inisial namanya.

Artikel ini ku persembahkan untuk :
paman-pamanku : mang Yuyu, mang Maman, mang kus dll.
Kakak-kakakku : Fadli, Gina dan Fauzi.
Keponakan-keponakanku : Nova, Ilmi dan Toshi.
Sepupu-sepupuku : Salam, Yaser, Angga, Dicky, Gita, Galih dll.
Best Friendku : Gambit, Luky, Tommy, Jubenkg, Suherman, dan Darmawan Setiaji.
Teman-teman ku : Resna, Catur, Anan, Indra, Emma, Qonita dll.

Persembahan spesial buat :
Bapak dan Ibu A.S. ; pesannya : saya sangat senang bisa menjadi anggota keluarga kalian, tapi tampaknya tidak bisa.
Buddy D.E.N. ; pesannya : terima kasih atas cerita gunung bertuah.
Brother F. ; pesannya :selamat membaca



"Lakukan Sedikit Demi Sedikit" adalah artikel ku yang ke-3

Jika saya diberi umur panjang Insya Allah, saya akan membuat artikel dengan  tema sebagai berikut :
1. "Membantu Kesulitan Orang Lain Sebagian Dari Datangnya Pintu Rezeki".
2. "Bangun Pagi Sebagai Prasyarat Menggapai Sukses".
3. "Meramal dan Menentukan Masa Depan".
4. "Kejujuran dan Kebohongan".
5. "The rules of life".
6. "Utang bisnis seharusnya dibayar dengan bisnis".

3rd Opinion : Lakukan Sedikit Demi Sedikit

3rd Opinion : Lakukan Sedikit Demi Sedikit
Sering sekali saya mengeluhkan atas beban masalah yang Tuhan berikan kepada saya, bahkan sering pula berkeluh kesah sama teman. Teman hanya berkata "Yah namanya juga hidup, pasti punya masalah. Kalau ga punya masalah, pasti orang itu sudah mati". Ada benarnya apa yang dikatakan teman saya, yang ga benarnya adalah orang mati pun harus bertanggung jawab atas perbuatannya selama hidup.
Yuuup benar sekali, kita harus menyelesaikan apapun masalah yang kita miliki. Tapi jika masalahnya besar sekali dan terkadang complex, tentu mental kita akan down lagi. Mungkin artikel yang saya sajikan berikut ini dapat sedikit membantu menyelesaikan masalah kita.
Saya pusing sekali. Menginjak tahun ke-7 ini atau di saat teman-teman seangkatan sudah pada membicarakan gaji dan perkawinan, saya masih kuliah. Kuliah hingga 7 tahun bisa disebut kejadian tak wajar, pastilah ada sesuatu yang ga beres.
Ibarat pemprograman pada komputer, jika programnya ga beres, pastilah ada kode yang salah. Biasanya komputer akan memberi tahu letak dari kode yang salah tersebut.
Serupa dengan dengan pemprograman pada komputer, kehidupan manusia pun begitu. Hanya saja kita tidak mengetahui di mana letak kesalahan kita, mau tidak mau kita harus mengingat kembali perjalanan hidup kita atau flashback. Tidak hanya dari tingkat pertama kuliah, bahkan saya mencoba memasuki memori umur 2 tahun. Namun fokus utama pada tingkat pertama hingga tingkat 6.
Di semester 1 di tahun 2004, seorang dosen Fisika Dasar I FPMIPA UPI bernama Mr. S menyemangati mahasiswa-mahasiswanya untuk belajar supaya lulus mata kuliahnya. Pada saat itu beliau bercerita, ketika pulang kerja beliau disajikan banyak makanan oleh istrinya.
"Pa Pa, di meja sudah disajikan banyak makanan, Pa Pa takut ga?" tanya istrinya Mr. S kepada Mr. S.
"Ahh ga, kan makan sesendok demi sesendok" jawab Mr. S.
Pada saat diceritakan saya hanya mendengar cerita itu sebagai cerita yang lucu, tampa memahami hubungan cerita Mr. S dengan semangat yang Mr. S berikan kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Dalam perenungan sekarang, saya jadi memahami bahwa banyaknya nasi dan lauk diibaratkan oleh Mr. S sebagai beban, sedangkan sesendok demi sesendok adalah penyelesaian secara bertahap.
Untuk menyelesaikan kuliah S1, materi pengetahuan dibuat menjadi paket-paket yang di sebut SKS, kependekan dari 'Sistem Kredit Semester'. Awalnya saya bingung "kenapa dinamakan kredit?" dan "apa berarti ngutang?". Ternyata arti yang tepat dari kredit adalah mencicil, karena tidak mungkin memahami seluruh materi S1 dalam waktu singkat.
SKS sering kali diplesetkan menjadi 'Sistem Kebut Semalam'. Orang-orang yang menjadi penganut sistem ini pastilah orang-orang malas, belajar hanya semalam sebelum ujian. Berhasilkah mendapatkan nilai 'A' atau setidaknya 'B'? yach hanya orang-orang yang cerdas saja yang bisa.
Walaupun materi pengetahuan S1 sudah dijadikan SKS, tapi tiap mata kuliahnya juga mesti dipelajari secara bertahap; yaitu dipelajari setiap minggunya diluar jam perkuliahan.
Sebenarnya sangat banyak hal-hal yang menjadi factor saya kuliah hingga 7 tahun; ya salah satunya, saya menjadi penganut 'Sistem Kebut Semalam'(ha...ha...ha... saya jadi malu bongkar rahasia pribadi). Saya juga ga nyangka bakalan semalas ini, padahal untuk tembus terdaftar sebagai mahasiswa jurusan matematika UPI, saya belajar hingga 10 jam perhari. Ya sudah, semua sudah terjadi; kini saatnya perbaiki diri.
Ada pepatah yang mengatakan pengalaman hidup bisa menjadi guru yang terbaik. Walaupun ini pengalaman hidupku, tapi saya harap bisa mengajari kepada pembaca sekalian bagaimana menyelesaikan masalah yang besar. Upsss, sorry saya belum bisa membuat artikel "bagaimana mengatasi masalah yang complex", karena saya belum menemukan literatur yang membahasnya.
Created by Delta Arif On 2 pm - 9 pm Friday, October 29, 2010.
This article 100% is written by Delta Arif.
Do not copy without include Delta Arif as writter and www.deltadollar.com as the source of this article.


Artikel ini ku persembahkan untuk :
paman-pamanku : mang Yuyu, mang Maman, mang kus dll.
Kakak-kakakku : Fadli, Gina dan Fauzi.
Keponakan-keponakanku : Nova, Ilmi dan Toshi.
Sepupu-sepupuku : Salam, Yaser, Angga, Dicky, Gita, Galih dll.
Best Friendku : Gambit, Luky, Tommy, Jubenkg, Suherman, dan Darmawan Setiaji.
Teman-teman ku : Resna, Catur, Anan, Indra, Emma, Qonita dll.

Persembahan spesial buat :
kedua orang tua ku ; pesannya : maaf arif kuliahnya lama.
Dosen-dosen Matematika FPMIPA UPI ; pesannya : Bapak dan Ibu yang baik hati, bulan Febuari 2011 saya akan sidang, mohon doa restunya dan jangan mempersulit saya.



"Lakukan Sedikit Demi Sedikit" adalah artikel ku yang ke-3

Jika saya diberi umur panjang Insya Allah, saya akan membuat artikel dengan  tema sebagai berikut :
1. "Membantu Kesulitan Orang Lain Sebagian Dari Datangnya Pintu Rezeki".
2. "Bangun Pagi Sebagai Prasyarat Menggapai Sukses".
3. "Meramal dan Menentukan Masa Depan".
4. "Kejujuran dan Kebohongan".
5. "The rules of life".

Sabtu, 09 Oktober 2010

1st Opinion : The Task Should Be Done According to Important Level

1st Opinion : The Task Should Be Done According to Important Level

Every people must have job or simply known as task. Parallel with increasing age, usually task which gotten more and more. When we as a child, sometime our parent asked us to clean up house and our teacher gave homework. When we as an adult, our lecturer give tasks very often. Moreover boss at office must give tasks and if we to be boss then we have responsible for paying employer.

The task which be given to us, certainly we must do except we capable receive punishment. Aim to finish task then higher authority will give time, that is time range task be given to ultimate task must be returned or deadline. It is not probable that people be able to finish task without time, except s/he is a wizard with magic word "sim salabim" or "ada kadabra".

With time range, we can choose on beginning, middle or ending. It is enable us to choose tasks of multiple parties which should be done first, according to important or inevitability, deadline, complicity and difficulty level. We should do task in respect of our future first then using the remainder of time for doing other tasks or doing our favorite like as hobby and shopping.

It is not recommended do task close to deadline because we don't know what happening will occur, like as accident make us has to rest and guest which need attention. Although if can make sure there is no inhibitor and the fact that when close to deadline be so, I think that take risk too because we don't know how long the time which be needed to do that task.

there are 3 bad probability if we decided task will be done close to deadline :

1. When deadline, the task will have not been done yet.

2. When deadline, the task will have been being done.

2. When deadline, the task will have been done but we will not review the task.

Conclusion of my opinion :

We are free to choose when we will do our task-- beginning, middle or ending--but we should not choose on the end.







Mendahulukan yang Penting

Setiap orang pasti punya pekerjaan atau sering dikenal dengan istilah tugas. Seiring dengan bertambahnya usia, biasanya tugas yang diperoleh pun semakin banyak. Ketika kita kanak-kanak, terkadang orang tua meminta membersihkan rumah dan guru memberikan PR. Ketika kita dewasa, dosen dikampus memberi tugas sangat sering. Bahkan bos di kantor pasti memberi pekerjaan dan seandainya kita menjadi bos maka kita punya kewajiban menggaji pegawai.

Tugas-tugas yang diberikan kepada kita, tentunya harus kita kerjakan kecuali kita sanggup menerima sanksi. Untuk menyelesaikan tugas maka pihak yang berkuasa atas diri kita akan memberikan waktu, yaitu rentang waktu pada saat tugas diberikan sampai batas maksimal pengumpulan tugas atau deadline. Tidak mungkin seorang manusia dapat menyelesaikan tugas tampa adanya waktu, kecuali dia seorang penyihir dengan mantra ajaibnya "sim salabim" atau "ada kadabra".

Dengan adanya rentang waktu, kita dapat memilih di awal, tengah atau akhir dalam mengerjakan tugas itu. Hal ini memungkinkan kita memilih mana tugas-tugas dari berbagai pihak yang sebaiknya dikerjakan lebih dahulu, yaitu berdasarkan tingkat kepentingannya, deadline dan tingkat kerumitaannya. Alangkah baiknya kita mendahulukan menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut masa depan kita, lalu mempergunakan waktu yang tersisa untuk tugas-tugas lainnya atau melakukan kesenangan-kesenangan seperti hobby dan shopping.

Sangat tidak disarankan mengerjakan tugas menjelang deadline karena kita tidak mengetahui kejadian yang akan datang, seperti kecelakaan yang membuat kita mesti istirahat dan datangnya tamu yang membutuhkan perhatian. Walaupun seandainya kita dapat memastikan tidak ada hambatan dan ternyata memang pada saat menjelang deadline tersebut tidak ada hambatan, saya rasa hal itu juga cukup beresiko sebab kita tidak mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan mengerjakan tugas tersebut.

Kekuatiran saya jika kita tetap bersikeras tugas akan dikerjakan menjelang deadline :

1. Pada saat deadline, tugas belum dikerjakan sama sekali.

2. Pada saat deadline, tugas dikerjakan namum belum rampung.

3. Pada saat deadline, tugas sudah selesai dikerjakan namun kita tidak sempat me-review tugas padahal masih banyak kesalahan.

Kesimpulan Opini saya :

Kita bebas memilih kapan kita akan mengerjakan tugas kita --awal, tengah atau menjelang deadline--namun alangkah baiknya tidak memilih di akhir.




Created by Delta Arif On 4 pm Thursday, July 08, 2010.
This article 100% is written by Delta Arif.

Do not copy without include Delta Arif as writter and www.deltadollar.com as the source of this article.

Orang Tua Enggan Mendengar Nasehat dari yang Muda

kenapa orang tua enggan mendengar nasehat dari yang muda?

Ini bukan masalah benar atau salah...ini masalah "EGO" (dalam bahasa Inggris huruf "i" yg menyatakan "saya" ditulis kapital "I", karena "I" adalah EGO)...

lalu kenapa orang tua enggan mendengar nasehat dari yang muda?...
jika seseorang (Mr.X) menasehati orang lain (Mr.Y) maka secara tidak langsung mendeklarasikan bahwa Mr.X kedudukannya lebih tinggi dari pada Mr.Y...

walaupun yg tua salah dan yg muda benar, EGO lah yang berkuasa dibanding benar atau salah...

yang tua lebih lama hidup dari pada yang muda sehingga yang tua lebih berwawasan dari pada yang muda, jadi yang tua lebih banyak mempertimbangkan banyak faktor dari pada yang muda...

ini mungkin jawaban dari pertentangan tua muda dan kaum muda pada saat penculikan Soekarno-Hatta di rengkas dengklok...

selain itu orang tua melakukan kesalahan bukan berarti dia tidak tahu kalau itui salah, kesalahan dibuat karena ada faktor kesenangan, kenikmatan atau kemalasan di dalamnya, atau karena adanya tekanan dari pihak luar...

Jadi saya mau tanya pantaskah orang muda menasehati orang tua?...kalau menurut penulis hal itu tidak pantas...

jika yang muda memang ingin menasehati yang tua maka dia harus melihat semua faktor yg ada pada yang tua dan juga harus meletakan yang tua pada kedudukan yang tinggi dari pada yang muda...

janganlah bersuara nada yang tinggi dari pada yang tua...tegurlah yang tua dengan kata "bapak atau akan punten, seharusnya bapak atau akang tidak melakukan hal itu"...

bagaimanapun juga yang tua kedudukannya lebih tinggi dari pada yang muda...
permasalahan EGO antara yang tua dengan yang muda belum seberapa dibandingkan EGO antara suami dengan istri...

Jumat, 08 Oktober 2010

2nd Opinion : Berdamai dengan Tuhan dan dengan Diri Sendiri

2nd Opinion : Berdamai dengan Tuhan dan dengan Diri Sendiri

Pernahkah Anda melihat seseorang yang beragama tertentu namun tidak menjalankan ibadah yang wajib dilakukan berdasarkan agamanya? misal seorang muslim tidak solat atau kristiani tidak ikut kebaktian. Jika ya, lalu apa yang membuatnya tidak melakukannya? malaskah atau apa?

Malas memang sering menjadi alasan sesorang untuk tidak melakukan ibadah, namun ada beberapa orang yang tidak beribadah bukan karena malas, melainkan karena kecewa terhadap Tuhannya. Kok bisa? ya, saya serius.

Saya mendapatkan ide menulis artikel ini setelah mendengar ada seseorang --saya kenal 7 tahun lalu sebagai pengajar agama-- berhenti menkaji kitabnya. Berhenti mengajar tidak masalah, yang jadi perhatian yaitu berhenti menjadikan kitabnya sebagai pedoman hidup. Dia melakukannya karena ada impian yang ingin dicapai namun tidak kesampaian.

Pernah juga saya melihat pengakuan seseorang --berbeda dengan orang yang saya ceritakan di atas-- yang juga orang berilmu tapi berhenti beribadah, syukurnya sekarang beribadah kembali. Kalau boleh saya simpulkan berdasarkan pengakuannya, dia pun kecewa terhadap Tuhannya.

Saya bukannya sok tau, saya pun pernah mengalami. Pada waktu itu, saya benar-benar berambisi menjadi orang kaya. Sudah banyak hal saya coba termasuk bisnis yang katanya sebagai jalan memperoleh banyak uang. Alih-alih mendapat uang malahan saya banyak keluar uang. Waktu terus berjalan namun hanya kecewaan demi kecewaan yang saya peroleh, saya masih jauh dari kaya. Target waktu yang saya tetapkan mulai mendekat, menjadikan hidup sangat tertekan.

Puncak dari upaya saya menjadi orang kaya, saya melakukan "Trading Forex". Seperti bisnis dan judi pada umumnya yaitu dapat memperoleh untung dan rugi. Dikatakan sebagai bisnis jika dilakukan dengan perhitungan dan judi jika dilakukan tampa perhitungan. Dengan kondisi kejiwaan saya seperti itu, bisa Anda tebak "saya melakukan Trading Forex sebagai judi atau bisnis?". Akibat dari Trading Forex saya memiliki banyak utang, tekanan semakin dasyat.

Setelah upaya Trading Forex saya berbuah kegagalan, kemudian kekecewaan bertransformasi menjadi kebimbangan hidup. Orang-orang yang melihat saya ketika itu mungkin melihat sebagai orang yang mengalami keputus-asaan, namun faktor pemicunya adalah kekecewaan terhadap Tuhan.

Kekecewaan yang terus menumpuk akan berujung pada kemarahan terhadap Dzat yang menciptakannya, yaitu Tuhan. Kata-kata yang terucap biasanya "Kenapa sih saya begini?", "Kenapa juga tidak begitu?" dan "Seandainya ...". Menurut penulis jika orang-orang yang mengalami kekecewaan tidak segera bertobat kepada Tuhannya maka dia akan menemui tiga muara.

Muara pertama kegoncangan keyakinan, mulai mencari Tuhan baru alias pindah Agama. Pindah Agama biasanya diikuti dengan pindahnya keyakinan bahwa "Tuhan baru" lah "Tuhan sebenarnya", namun khusus pindah Agama karena kekecewaan "Tuhan lama" tetap diyakini "Tuhan sebenarnya" --hanya saja tidak mengakuinya.

Istilah "Agama baru" dan "Tuhan baru" yang penulis maksut bukan Agama dan Tuhan yang biasa kita kenal, seperti : Islam, Kristen, Yahudi, Budha dan Hindu. Agama dan Tuhan dalam artian luas, yaitu sesuatu yang membawa orang tersebut mencapai impiannya.

Berdasarkan pendefinisian "Agama baru" dan "Tuhan baru" di atas, yaitu : pesugihan di tempat-tempat kramat supaya menjadi orang kaya, menziarahi kuburan lalu berdoa supaya tujuannya tercapai, mendatangi dukun supaya lebih cantik atau ganteng, dan memper-Tuhankan uang.

Muara kedua bunuh diri. Bunuh diri erat kaitannya dengan keputus-asaan --penulis belum pernah menemukan kasus bunuh diri karena kesenangan. Setiap kasus bunuh diri jika ditelusuri, pasti karena perasaan kebuntuan jalan atau tidak mau menderita terus. Dikatakan karena perasaan, disebabkan orang tersebut telah mengalami banyak kegagalan jalan yang ditempuh, padahal sih "banyak jalan menuju roma".

Muara ketiga jadi gila, suatu kondisi ketidakmauan menerima kenyataan hidup. Dengan menjadi gila, orang tersebut dapat merasakan kesuksesan mencapai impiannya padahal sebenarnya tidak demikian. Penulis pernah baca penelitian bahwa tidak ada perbedaan struktur otak antara orang gila dengan orang normal.

Kesemua muara tersebut tidak ada yang menyenangkan, terlebih harus mempertanggung-jawabkan kelak di akherat. Jalan keluar terbaik adalah kembali ke jalan Tuhan, sebesar apapun kesalahannya, pasti Tuhan mau memaafkan.

Saling memaafkan, terhadap Tuhan : menerima qodar yang telah lewat dan menyambut qodar yang akan lewat; dan terhadap diri sendiri : menerima segala kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

Ada film yang mengisahkan tentang permusuhan antara manusia dengan Tuhan, orang ini selalu mengeluhkan atas apa yang diperoleh. Ketika pertama kali menonton film ini saya hanya ketawa saja atas tingkah laku sang aktor, karena aktor ini seorang humoris sehingga kejengkelan serta kemarahannya tampak lucu. Beberapa tahun kemudian saya menonton untuk kedua kalinya dan pada waktu itu saya sedang bermusuhan dengan Tuhan, saya jadi mengerti maksut dari film tersebut.

Umpatan dan makian terhadap Tuhan ternyata di dengar oleh Tuhan, sehingga Tuhan mengadakan janji bertemu lalu menyerahkan tugas Tuhan kepada orang tersebut, alias orang tersebut menjadi Tuhan. Singkat cerita, pada akhirnya dia menerima qodar Tuhan, karena memang itu yang terbaik untuknya.

Oh ya ada satu lagi yang menggambarkan permusuhan dan perdamaian antara Tuhan dengan manusia dan manusia dengan dirinya sendiri. Ingatkah Anda dengan lagunya "Bondan Prakoso" yang berjudul "Ya Sudahlah"? saya menyetelnya hingga 10x berturut-turut bukan hanya karena suaranya yang bagus tapi juga karena ada lirik yang sangat menyentuh.

"ketika mimpimu yang begitu indah. tak pernah terwujut. ya sudahlah"

"saat kau berlari mengejar anganmu dan tak pernah sampai. ya sudahlah"

Created by Delta Arif On 2 Am - 5 pm Monday, October 04, 2010.

This article 100% is written by Delta Arif.

Do not copy without include Delta Arif as writter and www.deltadollar.com as the source of this article.