Kamis, 04 November 2010

4th Opinion : Sikap dan Mental lebih penting dari pada Kecakepan ataupun Kekayaan

4th Opinion : Sikap dan Mental lebih penting dari pada Kecakepan ataupun Kekayaan
Siapa sih yang tidak mau memiliki pacar yang cantik bagi laki-laki atau ganteng bagi perempuan, terlebih lagi bagi orang-orang yang sudah siap memasuki jenjang pernikahan, tentunya sangat memperhatikan hal ini. Tidak hanya masalah kecakepan, masalah status finansial juga sering menjadi prioritas. Kedua hal ini lumrah menjadi pertimbangan, mengingat setiap orang menginginkan keturunan yang berkualitas dan kehidupan yang terjamin. Bahkan di negeri sebrang sana sex pra-nikah menjadi kreteria tambahan, untuk mengetahui tingkat kepuasan yang akan dicapai setelah nikah nanti.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin membicarakan studi kasus yang sangat tidak sesuai dengan apa yang penulis kemukakan di atas. Tidak lama ini penulis menghadiri resepsi pernikahan yang pengantin perempuannya cuantik banget sedangkan yang laki-lakinya jauh dari ganteng. Seru bukan topik kali ini?

Kalau boleh penulis ibaratkan, pengantin perempuan adalah kembang desanya kota kembang. Kalau pengantin perempuannya adalah kembang desa, maka sudah pasti banyak kumbang yang mendekatinya. Bisa dipastikan para kumbang yang melihat kembang desa ini, mulutnya akan dibanjiri oleh air liurnya sendiri. Penulis menyaksikan sendiri setidaknya ada 5 kumbang yang ingin mempersuntingnya, seekor kumbang diantaranya hampir menikahi sang kembang namun gagal ditengah jalan. Para kumbang yang cakep ataupun kaya sangat yakin dapat memiliki kembang desa tersebut. Namun Allah mengkhodar lain, kembang desa itu dinikahi oleh kumbang yang tidak cakep ataupun kaya.

Kalau penulis mengingat-ingat kembali, peristiwa pernikahan seperti ini sudah sering terjadi. Pertama kali terjadi di saat jaman Nabi Adam, dimana setiap anak yang dilahirkan selalu kembar. Cx adalah saudara kembar dari Cy dan Jx saudara kembar dari Jy, dmana x berarti laki-laki dan y berarti perempuan, sedangkan C berarti cakep dan J berarti jelek.

Pada saat itu, Nabi Adam dan Siti Hawa berserta anak mereka adalah manusia pertama kali, sehingga pernikahan dilakukan sesama anak Adam. Hanya saja Allah memberikan peraturan tidak boleh menikah dengan saudara kembarnya, jadi Cx mesti dengan Jy dan Jx mesti dengan Cy. Perselisihan pun terjadi, Cx yang ganteng tidak mau menikah dengan Jy yang jelek dan  dia hanya mau menikah dengan Cy saudara kembarnya yang cantik. Puncak dari perselisihan, Cx membunuh Jx. Peristiwa ini menjadi pristiwa pembunuhan pertama kali yang dilakukan oleh manusia.

Jadi teringat dengan film james bon 007, penjahatnya mengumpulkan sejumlah pasangan yang cantik dan ganteng atau berkualitas unggul. Penjahatnya beserta pasangan-pasangan tersebut pergi ke luar angkasa, lalu penjahat berniat membinasakan manusia yang ada di bumi, sehinga hanya manusia-manusia yang unggul saja yang tersisa. Untung ada super hero James Bon yang menggagalkan rencana tersebut.

Ternyata banyak pula pendapat yang beredar mengenai pernikahan laki-laki ganteng dengan perempuan jelek atau laki-laki jelek dengan perempuan cantik. Seorang teman KKN (Kuliah Kerja Nyata di tahun 2008) bernama buddy D.E.N berdongeng : Ada sebuah gunung yang memiliki petuah, siapa saja yang dapat naik ke puncak gunung tampa menginjak kotoran maka ia akan mendapat jodoh yang cakep. Banyak sekali yang mencobanya, salah satunya si X yang berhasil sampai puncak tampa menginjak kotoran. Petuahnya menjadi kenyataan, si X pun menikahi si Y yang cantik jelita, si X bercerita kepada si Y :
"sayang waktu muda dulu saya hiking kepuncak gunung bertuah tampa menginjak kotoran" cerita si X.
"ohh, gunung bertuah itu yach? sama dong, saya juga pernah hiking ke puncak gunung tersebut namun dalam perjalanan menginjak kotoran" respon si Y.

Kakak saya brother F berkomentar : peristiwa ini terjadi karena Allah ingin membuat keseimbangan hidup.
Mungkin benar apa yang dikatakan oleh kakak saya, tapi penulis tetap ingin mengetahui apa yang menyebabkan pristiwa ini. Dengan kata lain, factor-factor apa saja yang menyebabkan seseorang tidak jadi memilih pasangan yang cakep dan menerima orang yang biasa-biasa saja sebagai pasangannya?

Dalam pemilihan pasangan hidup, tentunya ada sejumlah kreteria; seperti tampang, status ekonomi, prilaku, sikap, kedewasaan dan lain-lain (sex pra-nikah tidak termasuk karena tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat Indonesia). Kalau boleh penulis berpendapat : Rasa suka berdasarkan kreteria cakep atau kaya hanya terbatas pada pandangan pertama saja, namun pada akhirnya sikap dan mental lah yang menjadi pertimbangan terakhir untuk penentuan kalayakan menjadi pasangan hidup.

Akhir-akhir ini penulis sering berburu artikel mengenai 1001 jurus menaklukan wanita (karena penulis sudah cukup umur untuk menikah). Dari kesemua artikel-artikel yang penulis baca, penulis tidak menemukan artikel yang menyarankan pembacanya pergi ke salon supaya lebih cakep ataupun menebalkan kantong. Melainkan lebih kepada perbaikan sikap dan mental.

Dulu ketika saya tingkat SMP, seorang teman saya yang tingkat SMA bernama buddy S.K. bercerita tentang gurunya : Di saat gurunya kuliah, dia sangat ingin nikah, lalu melamar seorang gadis. Kepada calon mertua dia menyatakan niatnya untuk menikahi putrinya dan berjanji bertanggung jawab setelah lulus kuliah. Melihat kesungguhan mahasiswa tersebut, calon mertuanya pun merestui. Bukan hanya menikahi prutrinya, mahasiswa itupun menumpang hidup dan makan semasa kuliah pada mertuanya.

Artikel 1001 jurus menaklukan wanita, menyadarkan penulis akan kesalahan-kesalahan penulis dalam hal berhubungan dengan wanita. Dulu ketika semester satu, penulis berkenalan dengan seorang mahasiswi yang kelihatannya suka sama penulis. Mahasiswi ini satu angkatan dengan penulis namun beda jurusan. Dia sangat senang ketika bisa bertamu ke kost penulis dan juga senang ketika penulis bertamu ke kostnya. Namun penulis melakukan kesalahan, dengan bersikap yang salah dan kurang kontrol emosi, sehingga kami saling menjauh.

Pengalaman yang lain, ada seorang perempuan yang sering tertangkap diam-diam memperhatikan penulis. Entah karena apa, sehingga penulis pun jadi suka padanya. Alangkah bodohnya saya ini sehingga melakukan kesalahan yang serupa. Akhirnya perempuan tersebut menjauhi penulis, segala upaya penulis lakukan supaya kembali normal, namun tidak membuahkan hasil. Kalau sudah ilfeel, mau minta maaf hingga nangis darah pun ga akan di tanggapi.

Setelah penulis melakukan perbaikan prilaku, sikap dan mental; penulis merasakan adanya perubahan penerimaan terhadap penulis. Dalam 2 tahun terakhir ini, penulis bisa dikatakan sering bertamu sendirian ke rumah sepasang suami istri yang sudah tua dan putrinya sudah dewasa. Si Ibu menawarkan saya untuk menikahi putrinya dan ternyata Bapaknya pun setuju, padahal saya jarang komunikasi dengan anaknya. Saya sangat senang ketika ditawari itu, berarti Bapak dan Ibu ini menilai saya sebagai orang yang baik-baik dan saya dianggap bisa bertanggung jawab. Ditanya seperti itu, saya hanya diam saja karena saya tidak bisa menjanji. Walaupun saya tidak memberikan jawaban, saya tetap sering bertamu kerumahnya karena ini bisa menjadi latihan saya menghadapi calon mertua nantinya.

Lalu apakah yang membuat sang kumbang bisa menikahi kembang desa? Anda bisa menjawabnya sendiri.

Created by Delta Arif On 9 am wednesday , November 03, 2010 - 2 am Thursday, November 04, 2010.
This article 100% is written by Delta Arif.
Do not copy without include Delta Arif as writter and www.deltadollar.com as the source of this article.

Saya minta maaf jika ada pihak-pihak yang tersinggung dengan artikel ini, tidak ada niatan penulis untuk menyinggung seseorang.
Artikel yang penulis tulis di atas kisah nyata semua dan orang-orang yang tercantum dalam artikel diberi inisial namanya.

Artikel ini ku persembahkan untuk :
paman-pamanku : mang Yuyu, mang Maman, mang kus dll.
Kakak-kakakku : Fadli, Gina dan Fauzi.
Keponakan-keponakanku : Nova, Ilmi dan Toshi.
Sepupu-sepupuku : Salam, Yaser, Angga, Dicky, Gita, Galih dll.
Best Friendku : Gambit, Luky, Tommy, Jubenkg, Suherman, dan Darmawan Setiaji.
Teman-teman ku : Resna, Catur, Anan, Indra, Emma, Qonita dll.

Persembahan spesial buat :
Bapak dan Ibu A.S. ; pesannya : saya sangat senang bisa menjadi anggota keluarga kalian, tapi tampaknya tidak bisa.
Buddy D.E.N. ; pesannya : terima kasih atas cerita gunung bertuah.
Brother F. ; pesannya :selamat membaca



"Lakukan Sedikit Demi Sedikit" adalah artikel ku yang ke-3

Jika saya diberi umur panjang Insya Allah, saya akan membuat artikel dengan  tema sebagai berikut :
1. "Membantu Kesulitan Orang Lain Sebagian Dari Datangnya Pintu Rezeki".
2. "Bangun Pagi Sebagai Prasyarat Menggapai Sukses".
3. "Meramal dan Menentukan Masa Depan".
4. "Kejujuran dan Kebohongan".
5. "The rules of life".
6. "Utang bisnis seharusnya dibayar dengan bisnis".

3rd Opinion : Lakukan Sedikit Demi Sedikit

3rd Opinion : Lakukan Sedikit Demi Sedikit
Sering sekali saya mengeluhkan atas beban masalah yang Tuhan berikan kepada saya, bahkan sering pula berkeluh kesah sama teman. Teman hanya berkata "Yah namanya juga hidup, pasti punya masalah. Kalau ga punya masalah, pasti orang itu sudah mati". Ada benarnya apa yang dikatakan teman saya, yang ga benarnya adalah orang mati pun harus bertanggung jawab atas perbuatannya selama hidup.
Yuuup benar sekali, kita harus menyelesaikan apapun masalah yang kita miliki. Tapi jika masalahnya besar sekali dan terkadang complex, tentu mental kita akan down lagi. Mungkin artikel yang saya sajikan berikut ini dapat sedikit membantu menyelesaikan masalah kita.
Saya pusing sekali. Menginjak tahun ke-7 ini atau di saat teman-teman seangkatan sudah pada membicarakan gaji dan perkawinan, saya masih kuliah. Kuliah hingga 7 tahun bisa disebut kejadian tak wajar, pastilah ada sesuatu yang ga beres.
Ibarat pemprograman pada komputer, jika programnya ga beres, pastilah ada kode yang salah. Biasanya komputer akan memberi tahu letak dari kode yang salah tersebut.
Serupa dengan dengan pemprograman pada komputer, kehidupan manusia pun begitu. Hanya saja kita tidak mengetahui di mana letak kesalahan kita, mau tidak mau kita harus mengingat kembali perjalanan hidup kita atau flashback. Tidak hanya dari tingkat pertama kuliah, bahkan saya mencoba memasuki memori umur 2 tahun. Namun fokus utama pada tingkat pertama hingga tingkat 6.
Di semester 1 di tahun 2004, seorang dosen Fisika Dasar I FPMIPA UPI bernama Mr. S menyemangati mahasiswa-mahasiswanya untuk belajar supaya lulus mata kuliahnya. Pada saat itu beliau bercerita, ketika pulang kerja beliau disajikan banyak makanan oleh istrinya.
"Pa Pa, di meja sudah disajikan banyak makanan, Pa Pa takut ga?" tanya istrinya Mr. S kepada Mr. S.
"Ahh ga, kan makan sesendok demi sesendok" jawab Mr. S.
Pada saat diceritakan saya hanya mendengar cerita itu sebagai cerita yang lucu, tampa memahami hubungan cerita Mr. S dengan semangat yang Mr. S berikan kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Dalam perenungan sekarang, saya jadi memahami bahwa banyaknya nasi dan lauk diibaratkan oleh Mr. S sebagai beban, sedangkan sesendok demi sesendok adalah penyelesaian secara bertahap.
Untuk menyelesaikan kuliah S1, materi pengetahuan dibuat menjadi paket-paket yang di sebut SKS, kependekan dari 'Sistem Kredit Semester'. Awalnya saya bingung "kenapa dinamakan kredit?" dan "apa berarti ngutang?". Ternyata arti yang tepat dari kredit adalah mencicil, karena tidak mungkin memahami seluruh materi S1 dalam waktu singkat.
SKS sering kali diplesetkan menjadi 'Sistem Kebut Semalam'. Orang-orang yang menjadi penganut sistem ini pastilah orang-orang malas, belajar hanya semalam sebelum ujian. Berhasilkah mendapatkan nilai 'A' atau setidaknya 'B'? yach hanya orang-orang yang cerdas saja yang bisa.
Walaupun materi pengetahuan S1 sudah dijadikan SKS, tapi tiap mata kuliahnya juga mesti dipelajari secara bertahap; yaitu dipelajari setiap minggunya diluar jam perkuliahan.
Sebenarnya sangat banyak hal-hal yang menjadi factor saya kuliah hingga 7 tahun; ya salah satunya, saya menjadi penganut 'Sistem Kebut Semalam'(ha...ha...ha... saya jadi malu bongkar rahasia pribadi). Saya juga ga nyangka bakalan semalas ini, padahal untuk tembus terdaftar sebagai mahasiswa jurusan matematika UPI, saya belajar hingga 10 jam perhari. Ya sudah, semua sudah terjadi; kini saatnya perbaiki diri.
Ada pepatah yang mengatakan pengalaman hidup bisa menjadi guru yang terbaik. Walaupun ini pengalaman hidupku, tapi saya harap bisa mengajari kepada pembaca sekalian bagaimana menyelesaikan masalah yang besar. Upsss, sorry saya belum bisa membuat artikel "bagaimana mengatasi masalah yang complex", karena saya belum menemukan literatur yang membahasnya.
Created by Delta Arif On 2 pm - 9 pm Friday, October 29, 2010.
This article 100% is written by Delta Arif.
Do not copy without include Delta Arif as writter and www.deltadollar.com as the source of this article.


Artikel ini ku persembahkan untuk :
paman-pamanku : mang Yuyu, mang Maman, mang kus dll.
Kakak-kakakku : Fadli, Gina dan Fauzi.
Keponakan-keponakanku : Nova, Ilmi dan Toshi.
Sepupu-sepupuku : Salam, Yaser, Angga, Dicky, Gita, Galih dll.
Best Friendku : Gambit, Luky, Tommy, Jubenkg, Suherman, dan Darmawan Setiaji.
Teman-teman ku : Resna, Catur, Anan, Indra, Emma, Qonita dll.

Persembahan spesial buat :
kedua orang tua ku ; pesannya : maaf arif kuliahnya lama.
Dosen-dosen Matematika FPMIPA UPI ; pesannya : Bapak dan Ibu yang baik hati, bulan Febuari 2011 saya akan sidang, mohon doa restunya dan jangan mempersulit saya.



"Lakukan Sedikit Demi Sedikit" adalah artikel ku yang ke-3

Jika saya diberi umur panjang Insya Allah, saya akan membuat artikel dengan  tema sebagai berikut :
1. "Membantu Kesulitan Orang Lain Sebagian Dari Datangnya Pintu Rezeki".
2. "Bangun Pagi Sebagai Prasyarat Menggapai Sukses".
3. "Meramal dan Menentukan Masa Depan".
4. "Kejujuran dan Kebohongan".
5. "The rules of life".