Jumat, 08 Oktober 2010

2nd Opinion : Berdamai dengan Tuhan dan dengan Diri Sendiri

2nd Opinion : Berdamai dengan Tuhan dan dengan Diri Sendiri

Pernahkah Anda melihat seseorang yang beragama tertentu namun tidak menjalankan ibadah yang wajib dilakukan berdasarkan agamanya? misal seorang muslim tidak solat atau kristiani tidak ikut kebaktian. Jika ya, lalu apa yang membuatnya tidak melakukannya? malaskah atau apa?

Malas memang sering menjadi alasan sesorang untuk tidak melakukan ibadah, namun ada beberapa orang yang tidak beribadah bukan karena malas, melainkan karena kecewa terhadap Tuhannya. Kok bisa? ya, saya serius.

Saya mendapatkan ide menulis artikel ini setelah mendengar ada seseorang --saya kenal 7 tahun lalu sebagai pengajar agama-- berhenti menkaji kitabnya. Berhenti mengajar tidak masalah, yang jadi perhatian yaitu berhenti menjadikan kitabnya sebagai pedoman hidup. Dia melakukannya karena ada impian yang ingin dicapai namun tidak kesampaian.

Pernah juga saya melihat pengakuan seseorang --berbeda dengan orang yang saya ceritakan di atas-- yang juga orang berilmu tapi berhenti beribadah, syukurnya sekarang beribadah kembali. Kalau boleh saya simpulkan berdasarkan pengakuannya, dia pun kecewa terhadap Tuhannya.

Saya bukannya sok tau, saya pun pernah mengalami. Pada waktu itu, saya benar-benar berambisi menjadi orang kaya. Sudah banyak hal saya coba termasuk bisnis yang katanya sebagai jalan memperoleh banyak uang. Alih-alih mendapat uang malahan saya banyak keluar uang. Waktu terus berjalan namun hanya kecewaan demi kecewaan yang saya peroleh, saya masih jauh dari kaya. Target waktu yang saya tetapkan mulai mendekat, menjadikan hidup sangat tertekan.

Puncak dari upaya saya menjadi orang kaya, saya melakukan "Trading Forex". Seperti bisnis dan judi pada umumnya yaitu dapat memperoleh untung dan rugi. Dikatakan sebagai bisnis jika dilakukan dengan perhitungan dan judi jika dilakukan tampa perhitungan. Dengan kondisi kejiwaan saya seperti itu, bisa Anda tebak "saya melakukan Trading Forex sebagai judi atau bisnis?". Akibat dari Trading Forex saya memiliki banyak utang, tekanan semakin dasyat.

Setelah upaya Trading Forex saya berbuah kegagalan, kemudian kekecewaan bertransformasi menjadi kebimbangan hidup. Orang-orang yang melihat saya ketika itu mungkin melihat sebagai orang yang mengalami keputus-asaan, namun faktor pemicunya adalah kekecewaan terhadap Tuhan.

Kekecewaan yang terus menumpuk akan berujung pada kemarahan terhadap Dzat yang menciptakannya, yaitu Tuhan. Kata-kata yang terucap biasanya "Kenapa sih saya begini?", "Kenapa juga tidak begitu?" dan "Seandainya ...". Menurut penulis jika orang-orang yang mengalami kekecewaan tidak segera bertobat kepada Tuhannya maka dia akan menemui tiga muara.

Muara pertama kegoncangan keyakinan, mulai mencari Tuhan baru alias pindah Agama. Pindah Agama biasanya diikuti dengan pindahnya keyakinan bahwa "Tuhan baru" lah "Tuhan sebenarnya", namun khusus pindah Agama karena kekecewaan "Tuhan lama" tetap diyakini "Tuhan sebenarnya" --hanya saja tidak mengakuinya.

Istilah "Agama baru" dan "Tuhan baru" yang penulis maksut bukan Agama dan Tuhan yang biasa kita kenal, seperti : Islam, Kristen, Yahudi, Budha dan Hindu. Agama dan Tuhan dalam artian luas, yaitu sesuatu yang membawa orang tersebut mencapai impiannya.

Berdasarkan pendefinisian "Agama baru" dan "Tuhan baru" di atas, yaitu : pesugihan di tempat-tempat kramat supaya menjadi orang kaya, menziarahi kuburan lalu berdoa supaya tujuannya tercapai, mendatangi dukun supaya lebih cantik atau ganteng, dan memper-Tuhankan uang.

Muara kedua bunuh diri. Bunuh diri erat kaitannya dengan keputus-asaan --penulis belum pernah menemukan kasus bunuh diri karena kesenangan. Setiap kasus bunuh diri jika ditelusuri, pasti karena perasaan kebuntuan jalan atau tidak mau menderita terus. Dikatakan karena perasaan, disebabkan orang tersebut telah mengalami banyak kegagalan jalan yang ditempuh, padahal sih "banyak jalan menuju roma".

Muara ketiga jadi gila, suatu kondisi ketidakmauan menerima kenyataan hidup. Dengan menjadi gila, orang tersebut dapat merasakan kesuksesan mencapai impiannya padahal sebenarnya tidak demikian. Penulis pernah baca penelitian bahwa tidak ada perbedaan struktur otak antara orang gila dengan orang normal.

Kesemua muara tersebut tidak ada yang menyenangkan, terlebih harus mempertanggung-jawabkan kelak di akherat. Jalan keluar terbaik adalah kembali ke jalan Tuhan, sebesar apapun kesalahannya, pasti Tuhan mau memaafkan.

Saling memaafkan, terhadap Tuhan : menerima qodar yang telah lewat dan menyambut qodar yang akan lewat; dan terhadap diri sendiri : menerima segala kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

Ada film yang mengisahkan tentang permusuhan antara manusia dengan Tuhan, orang ini selalu mengeluhkan atas apa yang diperoleh. Ketika pertama kali menonton film ini saya hanya ketawa saja atas tingkah laku sang aktor, karena aktor ini seorang humoris sehingga kejengkelan serta kemarahannya tampak lucu. Beberapa tahun kemudian saya menonton untuk kedua kalinya dan pada waktu itu saya sedang bermusuhan dengan Tuhan, saya jadi mengerti maksut dari film tersebut.

Umpatan dan makian terhadap Tuhan ternyata di dengar oleh Tuhan, sehingga Tuhan mengadakan janji bertemu lalu menyerahkan tugas Tuhan kepada orang tersebut, alias orang tersebut menjadi Tuhan. Singkat cerita, pada akhirnya dia menerima qodar Tuhan, karena memang itu yang terbaik untuknya.

Oh ya ada satu lagi yang menggambarkan permusuhan dan perdamaian antara Tuhan dengan manusia dan manusia dengan dirinya sendiri. Ingatkah Anda dengan lagunya "Bondan Prakoso" yang berjudul "Ya Sudahlah"? saya menyetelnya hingga 10x berturut-turut bukan hanya karena suaranya yang bagus tapi juga karena ada lirik yang sangat menyentuh.

"ketika mimpimu yang begitu indah. tak pernah terwujut. ya sudahlah"

"saat kau berlari mengejar anganmu dan tak pernah sampai. ya sudahlah"

Created by Delta Arif On 2 Am - 5 pm Monday, October 04, 2010.

This article 100% is written by Delta Arif.

Do not copy without include Delta Arif as writter and www.deltadollar.com as the source of this article.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar